Aku… dimanapun berada, bila melihat akhwat berkerudung lebar
entah mengapa seperti bertemu dengan saudara lama. Terasa tak asing. Bertukar
senyum kemudian saling memperkenalkan diri.
Teringat ketika tahun
2004 beberapa bulan setelah berhijrah, bergabung dengan barisan dakwah. Pergi
ke yogya. Menghadiri wisuda kakak. Oleh beliau, aku diantar ke tempat acara
khusus akhwat. Subhanallah… sambutan
yang mereka berikan. Padahal baru pertama kali bertemu. Oleh mereka, aku yang
masih culun diajak berdiskusi perkembangan dakwah kampus di Kalimantan, di ajak
berkeliling yogya, sampai di minta nginep di kost mereka.
Pun, bilangan tahun berikutnya. Betapa manis ukhuwah yang
dirasakan. Walaupun hanya sedikit orang di perjuangan dakwah ini, tapi itu tak
membuat surut sama sekali. Justru menjadi motivasi untuk mengkloning sebanyak
mungkin kader-kader dakwah.
Dan sekarang… segala puji untukMu ya Rabb…
Melihat kader-kader dakwah yang semakin hari terus bertumbuh
dalam bilangan jumlah. Tak sulit lagi menemukan akhwat-akhwat berjilbab lebar,
ikhwan-ikhwan dengan logo partai dakwah di jaketnya.
Lihatlah sekarang, bagaimana dakwah sudah sedemikian luas
menyebar. Di pemerintahan, di parlemen, di
kampus-kampus, di sekolah-sekolah, di lembaga-lembaga, di media masa,
luar biasa. Dakwah mulai memperlihatkan kekokohannya.
Tapi… tapi… tapi…
Terlihat jua satu dua kader mulai bertumbangan, tak tahan
dengan gemuruh tepuk tangan kala dakwah dimenangkan. Bersuka ria dengan
banyaknya pasukan, hingga lengah bahwa musuh masih mengintai. Tergagap dengan
gemerlap dunia, hingga lupa perbaiki kualitas sebagai hamba. Hingga nyata,
virus-virus dunia mulai menjangkiti para kader dakwah.
Dua..tiga.. empat… tak hanya jundi, qiyadah pun mulai
berpenyakit
Besar hati saat manusia mengelu-elukan, mengidolakan, memuji
dan menjadikan diri tauladan. Dan dengan alasan berdakwah sibuk mencari
pembenaran.
Atau tersandung dawai asmara? Duhai… apatah lagi yang mampu
menopang dakwah ini, jika penumpu-penumpu dakwah rapuh oleh gemerincing emas
dan lembaran dolar, ringkih oleh virus-virus cinta tak halal yang terus
menggerogoti. Dan yang dirindukan bukan lagi keridhaan, tapi hanyalah tepuk
tangan membahana dan sorak sorai kemenangan.
Aku rindu, pada mereka… yang kala bertemu, hatiku berdesir
dan berkata. Seluruh puji bagiMu ya Allah yang telah mempertemukan kami dalam
dakwah ini.
Tak bisa kutahan riak bening yang melesak keluar
dari kelopak mata ini kala bertemu mereka seperjuangan namun yang ada hanyalah
kehampaan seaakan tak ada benang cinta menautkan,






0 komentar:
Posting Komentar