Entah kenapa, saya kurang suka mendengar kalimat "ya... beginilah aku". Kalimat itu seolah-olah bermakna begini lho aku, gak bisa diapa-apain lagi, kalo kamu gak suka ya sudah, gak usah diliat. Trus ditambah embel-embel, yang penting aku gak jaim, gak munafik. lha???
Terkadang atas nama menjadi diri sendiri, kita seringkali menjadi pribadi yang tidak peka. Peka terhadap perasaan orang lain, peka terhadap norma dan nilai yang berlaku di sekitar, peka terhadap perkembangan jaman,ataupun peka terhadap tuntutan dan kewajiban. Bagi seorang manusia yang memilih atau tidak sengaja memilih jalan hidupnya sebagai guru, hal tersebut sangat sangat sangatlah penting! Why??
Ketika mengatahui bahwa salah satu karakter kita adalah bicara blak-blakkan, maka kita tidak bisa atas nama "yaa memang karakterku seperti itu" lalu dengan siapapun kita bicara tanpa alas? So big no! Gak mungkin kan, pas kepala sekolah lewat, trus ada tercium bau tak sedap kemudian kita langsung ngomong "Bapak tadi gak pakai deodoran yah, bau banget". Dijamin setelah ngomong begitu langsung anda diajukan untuk dimutasi. Sebagai guru kita tidak bisa apa adanya, ada banyak hal yang harus dipoles, diperhalus, diframing. Kenapa? karena kita ada role modelnya manusia dewasa yang dipandang oleh peserta didik dan masyarakat sekitar sebagai seseorang yang layak untuk digugu dan ditiru. Bersikap sesuai karakter harus, tapi tetap bingkainya aturan dan norma.
Apakah, sikap "jaim" tersebut disebut dengan munafik? Ooh.. tidak! dalam HR. Bukhari dijelaskan bahwa ciri orang munafik itu ada 3, yaitu jika bicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika dipercaya ia khianat. Jadi, tak ada itu orang yang menjaga sikapnya disebut dengan munafik. Lalu, ada yang bilang, guru juga manusia. Memang! guru juga manusia, tapi manusia yang diberikan Allah anugerah yang tidak dimiliki oleh manusia-manusia lain. Dimana pekerjaan tersebut menjadi rem sekaligus gas untuk berperilaku menjadi manusia yang sebaik-baiknya.
Maka, menjadi guru tidak bisa menjadi apa adanya. kita sebagai guru harus selalu bertumbuh dan berkembang. Selalu berpikir reflektif, apakah yang kita ucapkan, lakukan, pikirkan membawa dampak yang besar terhadap anak-anak yang hari ini kita tuntun menjembatani proses penemuan dirinya melalui ilmu pengetahuan.
Menjadi guru memaksa diri kita untuk selalu berproses menjadi dewasa, bertanggung jawab atas segala keputusan yang kita ambil. Dampak yang seorang guru lakukan akibat perkataan dan perbuatannya 100 kali lebih dasyat daripada orang lain. Jadi, pikirkan lagi, sebelum berkata, telaah lagi sebelum bertindak. Karena memiliki effect yang luas, maka para guru, kita tidak bisa apa adanya, bahkan pakaian yang kita kenakan pun akan dinilai oleh orang-orang. Kenapa? karena kita guru! karena kita menyandang pekerjaan yang sungguh mulia.
Jika tidak mampu mengendalikan diri kita, maka jangan harap bisa membentuk karakter-karakter yang baik pada diri siswa kita.
Selamat Hari Pendidikan
Paringin, 1 Mei 2017
Senin, 01 Mei 2017
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar