Aku tak pernah mengenalnya, pun tak pernah bersitatap
dengannya. Yang kutau hanya dia terkenal dengan keberadaannya yang misterius,
datang tanpa disadari kemudian tiba-tiba pergi.
Pernah pada suatu ketika dia mendekati, mengatakan bahwa
saat bersamanya aku pasti bahagia, hari-hari yang ditapaki pastilah berwarna
dan penuh romansa.
Masih kuingat betapa manis dia, seakan semua pengejawantahan
kebahagian tertumpu padanya. Benar orang kata, jika kau telah berbincang
dengannya maka semua warasmu menjadi tiada. Dan ketika dia mulai mengabur maka
semua warna di dunia ini menjadi temaram, redup dan hampa.
Aku lemah tentu saja di hadapannya. Seakan semua daya telah
terhisap magnet pesonanya. Tapi… mengapa saat bersamanya acapkali yang hadir
adalah air mata? Dimana semua gula-gula yang ia tawarkan saat menjanjikan
kebahagian. Duhai, aku tergugu. Betapa naif manusia yang bernama wanita ini. Mudah
kagum dengan indahnya tirai, namun tak pernah berpikir ada apa di sebaliknya.
Mudah baginya untuk pergi, mencari hati baru yang sedang
tawar dengan setumpuk alasan yang terlihat masuk akal.
Dia pergi, hati kembali patah dan sunyi tetapi ajaib sang
hati masih merinduinya. Bermimpi untuk sekedar berpapasan dengannya kemudian
kembali bersama. Lucu sekali.
Saat dia pergi, dunia mendadak sepi. Namun, di tiap
celah-celah waktu selalu berharap dia akan kembali membawa cerita baru yang
membuatku kembali tertawa. Sungguh konyol.
Begitu berkuasa dia mempermainkan harapan, mimpi, angan yang
ditasbihkan oleh relung-relung jiwa nan kesepian. Membawa cawan penuh madu dengan
rasa sepahit empedu.
Dapatkah kau menebak siapa Dia?









